RTM_Tes Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) kali ini agak aneh. Biasanya, orang yang mau menghadapi ujian, persiapan yang harus dilakukan paling kurang belajar. Kecuali ujian kehidupan, pasrah jadi salah satu alternatif.
Kalaupun malas belajar, setidaknya dapat bongkar-bangkir soal tahun-tahun sebelumnya. Persis ketika dulu menghadapi Ujian Nasional (UN) di tingkat SMA. Kalau baca buku dengan tebal ratusan halaman kurang efektif, dapat fotocopy soal ujian peninggalan para senior terdahulu. Itu lazimnya, apalagi bagi para siswa yang tinggal di asrama.
Tapi ini bukan soal ujian Sekolah Menengan Atas atau ujian kehidupan. Ini soal peserta tes CPNS di Kabupaten Madiun. Entah malaikat mana yang memaksa mereka melaksanakan hal ini, rasanya sulit untuk dipercaya.
Melansir Kompas.com, Tim panitia seleksi penerimaan calon pegawai negeri sipil kawasan Kabupaten Madiun menemukan jimat yang disimpan dalam celana dalam dan bra peserta tes computer assisted test (CAT).
Baca juga...Kuota CPNS di Lotim Berpeluang Kosong.
Jimat itu ditemukan ketika panitia seleksi menggeledah tas dan pakain peserta tes, sebelum memasuki ruang ujian tes. Menurut Sekrretaris Badan Kepagawaian Daerah Kabupaten Madiun, Sigt Budiarto, jimat tersebut ada yang ditemukan di bra sampai celana dalam.
“Ada yang ditemukan di tali BH (bra), dibelakang kerah baju, saku, sampai celana dalam,” kata Sigit.
Tes CPNS, Untuk Apa Simpan Jimat dalam Bra dan Celana Dalam?
Jimat para peserta Tes CPNS di Madiun – Kompas.com
Mengapa Membawa Jimat?
Mengapa para peserta membawa jimat? Kira-kira begitulah pertanyaan umum yang dapat diajukan publik. Apakah untuk mengubah soal jadi lebih gampang, atau supaya para pengawas tes dapat tidur nyenyak dan para peserta dapat kerja sama? Atau untuk mengubah sistem komputer semoga programnya praktis diotak-atik? Entahlah.
Menurut Sigit, peserta CPNS nekat membawa jimat alasannya ialah mereka percaya jimat tersebut dapat membantu mereka lulus tes. Jimat yang ditemukan pun bentuknya beragam. Ada yang berbentuk besi tua, rajah, bawang, irisan kunir, kacang hijau, garam sampai rambut.
Nah, yang menarik ialah para peserta peserta tes mendapat jimat tersebut dari orangtua, tokoh agama, sampai orang pintar. Saya ingin ketawa meledak. Mengapa orangtua tidak dukung dengan cara lain, semisal memberi semangat ke anaknya semoga berguru rajin sebelum mengikuti tes.
Mengapa tokoh agama yang begitu ‘akrab’ dengan ayat-ayat suci dan sangat ‘dekat’ dengan Tuhan tidak meminta bantuanNya semoga para peserta dapat lolos tes. Kalau tokoh agama saja sudah percaya jimat, apa gunanya ia bicara wacana Tuhan, misalnya.
Tetapi sudahlah, para peserta juga masih diperbolehkan untuk mengikuti tes. Boleh jadi, bawang di tali bra itu bukan jimat, tetapi persiapan untuk bikin nasi goreng selepas tes. Atau kacang hijo di celana dalam itu bukan barang jimat pulak, tetapi persiapan untuk bikin bubur kacang selepas tes.
Nah, yang menarik ialah para peserta peserta tes mendapat jimat tersebut dari orangtua, tokoh agama, sampai orang pintar. Saya ingin ketawa meledak. Mengapa orangtua tidak dukung dengan cara lain, semisal memberi semangat ke anaknya semoga berguru rajin sebelum mengikuti tes.
Mengapa tokoh agama yang begitu ‘akrab’ dengan ayat-ayat suci dan sangat ‘dekat’ dengan Tuhan tidak meminta bantuanNya semoga para peserta dapat lolos tes. Kalau tokoh agama saja sudah percaya jimat, apa gunanya ia bicara wacana Tuhan, misalnya.
Tetapi sudahlah, para peserta juga masih diperbolehkan untuk mengikuti tes. Boleh jadi, bawang di tali bra itu bukan jimat, tetapi persiapan untuk bikin nasi goreng selepas tes. Atau kacang hijo di celana dalam itu bukan barang jimat pulak, tetapi persiapan untuk bikin bubur kacang selepas tes.
Ujian memang berat, tetapi perlu dihadapi dengan otak dan nalar sehat. Jika semua generasi bangsa melaksanakan hal-hal semacam ini, peradaban pendidikan kita di Indonesia perlu didaur ulang.