Bahaya Blooming Plankton / Harmful Algae Blooms (Habs)


Red tide yaitu nama umum untuk menggambarkan fenomena tersebut dimana spesies fitoplankton tertentu yang terdiri atas pigmen kemerah-merahan atau redish pigments dan bloom tersebut menjadikan perairan menjadi berwarna merah. Karena itu istilah red tide kurang sempurna lantaran mereka tidak berasosiasi dengan pasang surut (tide) dan biasanya tidak harmful. Adapun spesies yang harmful biasanya tidak pernah mencapai kepadatan sel (bloom) yang diharapkan untuk mengubah warna air laut.

Sejumlah kecil spesies alga menghasilkan toksin yang sanggup ditransferkan melalui jaringan makanan dimana mereka sanggup mensugesti dan bahkan membunuh organisme yang lebih tinggi tingkatannya ibarat zooplankton, kerang-kerangan, ikan, burung, mamalia laut, dan bahkan insan yang mengkonsumsinya baik secara pribadi maupun tidak langsung. Sekarang para peneliti lebih mamakai istilah harmful algae blooms (HABs) untuk menggambarkan fenomena yang berkaitan dengan toksin maupun dampak negatif dari alga.

Dikenal aneka macam jenis sindrom pada insan yang dikaitkan dengan keberadaan toksin yang berasosiasi dengan alga  berbahaya ini. Secara umum, insan terekspos pada toksin yang diproduksi secara alamiah oleh alga berbahaya melalui produk makanan bahari (seafood). Beberapa sindrom yang berkaitan dengan kesehatan publik yang disebabkan oleh alga berbahaya yaitu Amnesic shellfish poisoning (Aps), Ciguatera fish poisoning (CFP), Diarrhetic shellfish poisoning (DSP), Neorotoxic shellfish poisoning (NSP), dan Paralytic shellfish poisoning (PSP).

Amnesic shellfish poisoning (APS) merupakan sindrom yang disebakan oleh alga jenis Pseudo – nitzschia sp. Yang menghasilkan toksin domoic acid yang menyebakan gangguan gatrointestinal (gastroentritis) dan neurological. Gastroenteritis biasanya terjadi dalam waktu 24 jam sehabis konsumsi kerang-kerangan yang beracun dengan tanda-tanda berupa muntah, kram perut, dan diare.  Pada masalah yang akut, tanda-tanda neurological terjadi dalam waktu 48 jam sehabis konsumsi seafood. Gejala yang ditimbulkan antara lain sakit kepala, disorientasi, kejang, kehilangan memori jangka pendek, dan koma.

Banyak negara di dunia yang mempunyai sejarah sindrom ASP ini melaksanakan monitoring terhadap perairannya untuk mendeteksi keberadaan alga penyebab ASP dan toksin domoic acid. Ketika konsentrasi domoic acid ini mencapai 20 ug/g daging kerang, kawasan penghasil kerang tersebut ditutup dan dihentikan dilakukan pemanenan. Ikan dan kepiting juga mengandung domoic acid sehingga perlu diwaspadai.

Ciguatera fish poisoning (CFP) merupakan sindrom yang disebabkan oleh alga jenis Gambierdiscus toxicus, Prorocentrum sp, Ostreopsis spp, Coolia monotis, Thecadinium sp, dan Amphidinium carterae yang diketahui menghasilkan toksin ciguatoxin / maitotoxin dan mempunyai gejala-gejala gastrointestinal, neulrological, dan cardio vascular.

Pada umumnya mula-mula terjadi diare, muntah dan sakit perut yang diikuti dengan disfungsi neorological, ibarat rasa sakit pada otot, pusing kecemasan, keringat berlebihan dan rasa tebal. Paralisis dan janjkematian telah didokunetasikan sebagai akhir sindrom ini. Waktu penyembuhan bervariasi dari beberapa minggu, bulan dan bahkan tahun.

Penangan yang cepat dalam waktu 24 jam dengan manitol dilaporkan sanggup membebaskan beberapa gejala. Tidak ada perjuangan preventif yang diktatorial kecuali tidak mengonsumsi ikan karang dan seafood, lantaran tidak ada cara yang gampang untuk mendeteksi secara rutin keberadaan ciguatoxin dan maitototsin pada produk seafood sebelum mengonsumsinya.

Diarrhetic shellfish poisoning (DSP) yaitu sindrom yang disebakan oleh alga jenis Dinophysis sp, yang menghasilkan toksin okadoic acid dengan tanda-tanda gastrointestinal yang dimulai yang dimulai dalam waktu 30  menit hingga beberapa  jam sehabis konsumsi seafood yang beracun. Serangan alga ini biasanya tidak fatal dan di karakterisasikan oleh diare ringan, nausea, muntah kram perut, dan rasa kedinginan. Penyembuhan biasanya terjadi dalam waktu tiga hari, baik dengan perlakuan medik atau tidak.


Neurotoxic shellfish poisoning (NSP) merupakan sindrom intoksikasi yang ibarat dengan ciguatera. Sindrom ini disebabkan oleh alga berbahaya Gymnodinium bereve yang menghasilkan toksin brevetoxin. Dalam masalah ini gejala  gastrointestinal dan neorological lebih predominan. Lebih lanjut. Pembentukan aerosol toksik sebagai akhir gerakan gelombang sanggup menghasilkan tanda-tanda ibarat asma. Tidak ada janjkematian yang dilaporkan. Sindrom ini lebih ringan dari ciguatera dan penyembuhan biasanya dicapai dalam beberapa hari.

Paralytic shellfish poisoning (PSP) pada umumnya disebabkan oleh kontaminasi toksin saxitoxin yang dihasilkan oleh alga berbahaya jenis Alexandrium sp, Gymnodinium catenatum, dan Pyrodinium bahamense. Gejala-gejalanya biasanya neurological dan serangannya cepat. Lamanya dampak racun tersebut biasanya beberapa hari pada masalah yang tidak letal. Gejala yang umum berupa rasa tebal, rasa terbakar pada kawasan mulut, kejang,  kehilangan keseimbangan, penurunan kesadaran , demam ganguan pada kulit dan gerakan yang tidak terkontrol. Pada masalah yang berat sanggup menjadikan ganguan pernapasan dalam waktu 24 jam sehabis konsumsi kerang-kerangan yang beracun. Jika pasien tidak sanggup bernapas atau detak tidak terdeteksi, pernapasan buatan dan CPR diharapkan sebagai santunan pertama. Tidak ada penawarnya dan terapi merupakan cara terbaik untuk penyembuhan pasien.

PSP sanggup dihindari dengan aktivitas monitoring proaktif dalam skala besar, yaitu dengan mengukur tingkat toksin pada kerang-kerangan dan penutupan segera pada area yang tercemar racun ini.