Pada pertemuan ini, kami mengembangkan model dan prinsip pembelajaran dalam Kurikulum 2013 sebagai modal dan materi refrensi latih yang diterapkan disaat proses kegiatan berguru mengajar (KBM) di dalam kelas.
Model-model Dan Prinsip Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 memakai 3 (tiga) model pembelajaran utama (Permendikbud No. 103 Tahun 2014) yang dibutuhkan sanggup membentuk sikap saintifik, sikap sosial serta mengembangkan rasa keingintahuan. Ketiga model tersebut adalah: model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning), model Pembelajaran Berbasis Projek (Project Based Learning), dan model Pembelajaran Melalui Penyingkapan/Penemuan (Discovery/Inquiry Learning). Disamping model pembelajaran di atas sanggup juga dikembangkan model pembelajaran Production Based Education (PBE) sesuai dengan karakteristik pendidikan menengah kejuruan.
Tidak semua model pembelajaran sempurna dipakai untuk semua KD/materi pembelajaran. Model pembelajaran tertentu hanya sempurna dipakai untuk materi pembelajaran tertentu. Sebaliknya materi pembelajaran tertentu akan sanggup berhasil maksimal kalau memakai model pembelajaran tertentu.Oleh karenanya guru harus menganalisis rumusan pernyataan setiap KD, apakah cenderung pada pembelajaran penyingkapan (Discovery/Inquiry Learning) atau pada pembelajaran hasil karya (Problem Based Learning dan Project Based Learning).
- Penentuan model penyingkapan/penemuan:
- Pernyataan KD-3 dan KD-4 mengarah ke pencarian atau penemuan;
- Pernyataan KD-3 lebih menitikberatkan pada pemahaman pengetahuan faktual, konseptual, procedural, dan dimungkinkan hingga metakognitif;
- Pernyataan KD-4 pada taksonomi mengolah dan menalar.
- Penemuan model hasil karya (Problem Based Learning dan Project Based Learning):
- Pernyataan KD-3 dan KD-4 mengarah pada hasil karya berbentuk jasa atau produk;
- Pernyataan KD-3 pada bentuk pengetahuan metakognitif;
- Pernyataan KD-4 pada taksonomi menyaji dan mencipta, dan
- Pernyataan KD-3 dan KD-4 yang memerlukan persyaratan penguasaan pengetahuan konseptual dan prosedural.
- Masing-masing model pembelajaran tersebut mempunyai urutan langkah kerja (syntax) tersendiri, yang sanggup diuraikan sebagai berikut.
1. Model Pembelajaran Penyingkapan (penemuan dan pencarian/penelitian)
Model pembelajaran penyingkapan (Discovery Learning)adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk hasilnya hingga kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip.
Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri yakni the mental process of assimilatingconcepts and principles in the mind (Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219).
a. Sintak model Discovery Learning
- Pemberian rangsangan (Stimulation);
- Pernyataan/Identifikasi problem (Problem Statement);
- Pengumpulan data (Data Collection);
- Pembuktian (Verification), dan
- Menarik simpulan/generalisasi (Generalization).
b. Sintak model Inquiry Learning Terbimbing
Model pembelajaran yang dirancang membawa penerima didik dalam proses penelitian melalui penyelidikan dan klarifikasi dalam setting waktu yang singkat (Joice&Wells, 2003).
Model pembelajaran Inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu secara sistematis kritis dan logis sehingga mereka sanggup merumuskan sendiri temuannya.
- Sintak/tahap model inkuiri meliputi:
- Orientasi masalah;
- Pengumpulan data dan verifikasi;
- Pengumpulan data melalui eksperimen;
- Pengorganisasian dan formulasi eksplanasi, dan
- Analisis proses inkuiri.
2. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Merupakan pembelajaran yang menggunakans banyak sekali kemampuan berpikir dari penerima didik secara individu maupun kelompok serta lingkungan nyata untuk mengatasi permasalahan sehingga bermakna, relevan, dan kontekstual (Tan OnnSeng, 2000).
Tujuan PBL yakni untuk meningkatkan kemampuan dalam menerapkan konsep-konsep pada permasalahan baru/nyata, pengintegrasian konsep High Order Thinking Skills (HOT’s), impian dalam belajar, mengarahkan berguru diri sendiri dan keterampilan(Norman and Schmidt).
a. Sintak model Problem Based Learning dari Bransford and Stein (dalam Jamie Kirkley, 2003:3) terdiri atas:
- Mengidentifikasi masalah;
- Menetapkan problem melalui berpikir ihwal problem dan menyeleksi informasi-informasi yang relevan;
- Mengembangkan solusi melalui pengidentifikasian alternatif-alternatif, tukar-pikiran dan mengecek perbedaan pandang;
- Melakukan tindakan strategis, dan
- Melihat ulang dan mengevaluasi pengaruh-pengaruh dari solusi yang dilakukan.
b. Sintak model Problem Solving Learning Jenis Trouble Shooting (David H. Jonassen, 2011:93) terdiri atas:
- Merumuskan uraian masalah;
- Mengembangkan kemungkinan penyebab;
- Mengetes penyebab atau proses diagnosis, dan
- Mengevaluasi.
3. Model pembelajaran Project Based Learning (PjBL).
Model pembelajaran PJBL merupakan pembelajaran dengan memakai proyek nyata dalam kehidupan yang didasarkan pada motivasi tinggi, pertanyaan menantang, tugas-tugas atau permasalahan untuk membentuk penguasaan kompetensi yang dilakukan secara kerjasama dalam upaya memecahkan problem (Barel, 2000 and Baron 2011).
Tujuan Project Based Learning yakni meningkatkan motivasi belajar, team work, keterampilan kerja sama dalam pencapaian kemampuan akademik level tinggi/taksonomi tingkat kreativitas yang dibutuhkan pada kala 21 (Cole & Wasburn Moses, 2010).
- Sintak/tahapan model pembelajaran Project Based Learning, meliputi:
- Penentuan pertanyaan fundamental (Start with the Essential Question);
- Mendesain perencanaan proyek;
- Menyusun agenda (Create a Schedule);
- Memonitor penerima didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress of the Project);
- Menguji hasil (Assess the Outcome), dan
- Mengevaluasi pengalaman (Evaluate the Experience).
4. Di samping tiga model pembelajaran di atas, di Sekolah Menengah kejuruan sanggup dipakai model Production Based Training (PBT) untuk mendukung pengembangan Teaching Factory pada mata pelajaran pengembangan produk kreatif. Model Pembelajaran Production Based Trainingmerupakan proses pendidikan dan training yang menyatu pada proses produksi, dimana penerima didik diberikan pengalaman berguru pada situasi yang kontekstual mengikuti aliran kerja industri mulai dari perencanaan menurut pesanan, pelaksanaan dan penilaian produk/kendali mutu produk, hingga langkah pelayanan pasca produksi.Tujuan penggunaan model pembelajaranPBT yakni untuk menyiapkan penerima didik biar mempunyai kompetensi kerja yang berkaitan dengan kompetensi teknisserta kemampuan kerjasama sesuai tuntutan organisasi kerja.
- Sintaks/tahapan model pembelajaran Production Based Trainning meliputi:
- Merencanakan produk;
- Melaksanakan proses produksi;
- Mengevaluasi produk (melakukan kendali mutu), dan
- Mengembangkan planning pemasaran (G. Y. Jenkins, Hospitality 2005).
Proses pembelajaran yang mengacu pada pendekatan saintifik, mencakup lima langkah sebagai berikut.
1. Mengamati, yaitu kegiatan siswa mengidentifikasi melalui indera penglihat (membaca, menyimak), pembau, pendengar, lidah dan peraba pada waktu mengamati suatu objek dengan ataupun tanpa alat bantu. Alternatif kegiatan mengamati antara lain observasi lingkungan, mengamati gambar, video, tabel dan grafik data, menganalisis peta, membaca banyak sekali gosip yang tersedia di media masa dan internet maupun sumber lain. Bentuk hasil berguru dari kegiatan mengamati yakni siswa sanggup mengidentifikasi masalah.
2. Menanya, yaitu kegiatan siswa mengungkapkan apa yang ingin diketahuinya baik yang berkenaan dengan suatu objek, peristiwa, suatu proses tertentu. Dalam kegiatan menanya, siswa menciptakan pertanyaan secara individu atau kelompok ihwal apa yang belum diketahuinya. Siswa sanggup mengajukan pertanyaan kepada guru, narasumber, siswa lainnya dan atau kepada diri sendiri dengan bimbingan guru hingga siswa sanggup berdikari dan menjadi kebiasaan. Pertanyaan sanggup diajukan secara mulut dan goresan pena serta harus sanggup membangkitkan motivasi siswa untuk tetap aktif dan gembira. Bentuknya sanggup berupa kalimat pertanyaan dan kalimat hipotesis. Hasil berguru dari kegiatanmenanya yakni siswa sanggup merumuskan problem dan merumuskan hipotesis.
3. Mengumpulkan data, yaitu kegiatan siswa mencari gosip sebagai materi untuk dianalisis dan disimpulkan. Kegiatan mengumpulkan data sanggup dilakukan dengan cara membaca buku, mengumpulkan data sekunder, observasi lapangan, uji coba (eksperimen), wawancara, menyebarkan kuesioner, dan lain-lain. Hasil berguru dari kegiatan mengumpulkan data yakni siswa sanggup menguji hipotesis.
4. Mengasosiasi, yaitu kegiatan siswa mengolah data dalam bentuk serangkaian acara fisik dan pikiran dengan sumbangan peralatan tertentu. Bentuk kegiatan mengolah data antara lain melaksanakan klasifikasi, pengurutan (sorting), menghitung, membagi, dan menyusun data dalam bentuk yang lebih informatif, serta memilih sumber data sehingga lebih bermakna. Kegiatan siswa dalam mengolah data contohnya menciptakan tabel, grafik, bagan, peta konsep, menghitung, dan pemodelan. Selanjutnya siswa menganalisis data untuk membandingkan ataupun memilih kekerabatan antara data yang telah diolahnya dengan teori yang ada sehingga sanggup ditarik simpulan dan atau ditemukannya prinsip dan konsep penting yang bermakna dalam menambah skema kognitif, meluaskan pengalaman, dan wawasan pengetahuannya. Hasil berguru dari kegiatan menalar/mengasosiasi yakni siswa sanggup menyimpulkan hasil kajian dari hipotesis.
5. Mengomunikasikan, yaitu kegiatan siswa mendeskripsikan dan memberikan hasil temuannya dari kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan dan mengolah data, serta mengasosiasi yang ditujukan kepada orang lain baik secara mulut maupun goresan pena dalam bentuk diagram, bagan, gambar, dan sejenisnya dengan sumbangan perangkat teknologi sederhana dan atau teknologi gosip dan komunikasi. Hasil berguru dari kegiatanmengomunikasikan yakni siswa sanggup memformulasikan dan mempertanggungjawabkan pembuktian hipotesis.
5. Mengomunikasikan, yaitu kegiatan siswa mendeskripsikan dan memberikan hasil temuannya dari kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan dan mengolah data, serta mengasosiasi yang ditujukan kepada orang lain baik secara mulut maupun goresan pena dalam bentuk diagram, bagan, gambar, dan sejenisnya dengan sumbangan perangkat teknologi sederhana dan atau teknologi gosip dan komunikasi. Hasil berguru dari kegiatanmengomunikasikan yakni siswa sanggup memformulasikan dan mempertanggungjawabkan pembuktian hipotesis.
Demikian, semoga bermanfaat.