Cerpen : Pengalaman Menjadi Istri Dokter, Mau Tau Gimana Rasanya?

Tanda Kamu Sedang Mengalami Quarter Life Crisis Cerpen : Pengalaman Menjadi Istri Dokter, Mau Tau Gimana Rasanya?
Kazeb - Hingga ketika ini banyak sekali yang bertanya padaku bagaimana rasanya mejadi istri seorang dokter, bahwasanya saya resah menjawab pertanyaan mereka, alasannya ialah yang saya rasakan sempurna sehabis ijab qabul ialah rasa syukur yang tiada terhingga. Allah menghadirkan seorang laki-laki dan memperlihatkan segalanya dari ia untukku, untuk seumur hidupku.

Aku telah melewati masa penantian panjang dan betul-betul menguji kesabaranku, pertanyaan perihal ijab kabul yang sangat sering dilontarkan oleh tetangga dan sobat erat kadang kala membuatku depresi. 

Wajarlah, meskipun usiaku masih muda, tapi saya tinggal di tempat yang notabenenya perempuan usia 20an sudah menikah. Yang sering saya lakukan ialah menghindari banyak sekali pertemuan keluarga atau teman, sehabis bekerja saya lebih banyak menghabiskan waktu di kamarku bersama buku-buku.

Oke kita kembali lagi pada pertanyaan “Bagaimana rasanya jadi istri dokter?” Sejak semester tiga saya sering mengutuki diri sendiri, membenci diri sendiri alasannya ialah tak punya keberanian mengikuti SBMPTN ulang, mencoba masuk ke Fakultas Kedokteran (FK), waktu itu saya sudah menjadi mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) di salah satu Perguruan Tinggi Negeri terbaik.

Keinginan itu muncul alasannya ialah pertemananku yang cukup erat dengan mahasiswa FK, saya merasa nyaman dan membuatku termotivasi untuk terus memperbaiki diri, maklumlah mereka mahasiswa kelas wahid dengan IQ tinggi, 24 jam dalam sehari mereka isi dengan acara yang sangat bermanfaat, tapi tak jarang mereka juga mengaku cape alasannya ialah buku-buku tebal dan agenda kuliah yang padat. 

Dan yang paling membuatku ingin masuk FK ialah eksklusif mereka yang sangat agamis. Suatu waktu semasa kuliah saya menghadiri pengajian di Fakultasku, sehabis 1 jam menunggu jamaah yang hadir tak lebih dari 20 orang. Sementara ketika saya mengikuti pengajian di FK, hanya telat lima belas menit masjid sudah penuh, saya duduk paling belakang mepet ke tembok. 

Keinginan itu tidak pernah tercapai, sampai saya menjadi sarjana Ilmu Komunikasi. Keputusasaanku terwujud dengan celetukanku “kalo tidak jadi dokter, ya sudah jadi istri dokter saja”. Dan itu benar-benar terjadi, sehabis lulus kuliah sehabis gagal beberapa kali menjalin cinta, sobat kelas dari temanku yang di FK melamarku.

Sekarang saya menyerupai dalam mimpi, saya hidup menyerupai apa yang saya katakan. Bagaimana rasanya jadi istri dokter? Harus ikhlas! Sejak dulu, alasannya ialah semasa kuliah pun saya pernah beberapa kali menjalin relasi dengan calon dokter, saya sudah mengikhlaskan jikalau banyak kesepakatan pertemuan yang tidak jadi, toh ia tidak seutuhnya milikku tapi juga milik pasiennya—itu konsekuensi yang harus saya ambil. 

Pesanku untuk teman-teman yang sedang merasa gagal, jangan su’udzon dulu, Allah sedang menyiapkan yang terbaik untukmu. Aku memang tidak dapat jadi dokter, tapi saya dapat membantu orang sakit melalui caraku menjaga suamiku, menyiapkan segala keperluannya, menyenangkan hatinya dan menciptakan ia damai sehingga ia dapat fokus kerja.

Penulis: Puan Dersana
Pict Source: https://pixabay.com/en/wedding-marriage-buttonhole-formal-1031493/


Sumber https://www.kazeb.id/