3 Contoh Hikayat Abu Nawas Beserta Unsur Instrinsik dan Ekstrinsik - Pada artikel hari ini kita akan membahas pola dari Hikayat Abu Nawas Berdoa Minta Jodoh, Hikayat Abu Nawas Pesan Bagi Hakim, Hikayat Abu Nawas dan Lelaki Kikir.
Apa itu hikayat? Menurut Wikipedia, hikayat ialah salah satu bentuk karya sastra prosa melayu usang yang berisikan wacana kisah, cerita, dan dongeng.
Pada pembahasan kali ini kita akan mengetahui unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik Hikayat Abu Nawas. Untuk lebih jelasnya, marilah kita simak bahan ini.
Ada saja cara Abu Nawas berdoa biar dirinya mendapatkan jodoh dan menikah. Karena kecerdasan dan semangat dalam dirinya, risikonya Abu Nawas mendapatkan istri yang manis dan shalihah. Sehebat apapun kecerdasan Abu Nawas, ia tetaplah insan biasa. Kala masih bujangan, ibarat cowok lainnya, ia juga ingin segera mendapatkan jodoh kemudian menikah dan mempunyai sebuah keluarga.
Pada suatu ketika ia sangat tergila-gila pada seorang wanita. Wanita itu sungguh cantik, pandai serta termasuk perempuan yang mahir ibadah. Abu Nawas berkeinginan untuk memperistri perempuan salihah itu. Karena cintanya begitu membara, ia pun berdoa dengan khusyuk kepada Allah SWT.
“Ya Allah, kalau memang gadis itu baik untuk saya, dekatkanlah kepadaku. Tetapi kalau memang menurutmu ia tidak baik buatku, tolong Ya Allah, sekali lagi tolong pertimbangkan lagi ya Allah,” ucap doanya dengan menyebut nama gadis itu dan terkesan memaksa kehendak Allah.
Abu Nawas melaksanakan doa itu setiap selesai shalat lima waktu. Selama berbulan-bulan ia menunggu gejala dikabulkan doanya. Berjalan lebih tiga bulan, Abu Nawas merasa doanya tak dikabulkan Allah. Ia pun introspeksi diri.
“Mungkin Allah tak mengabulkan doaku lantaran saya kurang pasrah atas pilihan jodohku,” katanya dalam hati.
Kemudian Abu Nawas pun bermunajat lagi. Tapi kali ini ganti strategi, doa itu tidak diembel-embeli spesifik pakai nama si gadis, apalagi berani “maksa” kepada Allah ibarat doa sebelumnya.
“Ya Allah berikanlah istri yang terbaik untukku,” begitu bunyi doanya.
Berbulan-bulan ia terus memohon kepada Allah, namun Allah tak juga mendekatkan Abu Nawas dengan gadis pujaannya. Bahkan Allah juga tidak mempertemukan Abu Nawas dengan perempuan yang mau diperistri. Lama-lama ia mulai khawatir juga.
Takut menjadi bujangan bau tanah yang lapuk dimakan usia.
Ia pun memutar otak lagi bagaimana caranya berdoa dan bisa cepat terkabul. Abu Nawas memang cerdas. Tak kehabisan akal, ia pun merasa perlu sedikit “diplomatis” dengan Allah. Ia pun mengubah doanya.
“Ya Allah, kini saya tidak minta lagi untuk diriku. Aku hanya minta perempuan sebagai menantu Ibuku yang sudah bau tanah dan sangat saya cintai Ya Allah. Sekali lagi bukan untukku Ya Tuhan. Maka, berikanlah ia menantu,” begitu doa Abu Nawas.
Barangkali lantaran keikhlasan dan “keluguan” Abu Nawas tersebut, Allah pun menjawab doanya.
Akhirnya Allah menakdirkan perempuan manis dan salihah itu menjadi istri Abu Nawas. Abu Nawas bersyukur sekali bisa mempersunting gadis pujaannya. Keluarganya pun berjalan mawaddah warahmah.
Apa itu hikayat? Menurut Wikipedia, hikayat ialah salah satu bentuk karya sastra prosa melayu usang yang berisikan wacana kisah, cerita, dan dongeng.
Pada pembahasan kali ini kita akan mengetahui unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik Hikayat Abu Nawas. Untuk lebih jelasnya, marilah kita simak bahan ini.
#1 Hikayat Ketika Abu Nawas Berdoa Minta Jodoh Beserta Unsur Instrinsik dan Unsur Ekstrinsik
Ada saja cara Abu Nawas berdoa biar dirinya mendapatkan jodoh dan menikah. Karena kecerdasan dan semangat dalam dirinya, risikonya Abu Nawas mendapatkan istri yang manis dan shalihah. Sehebat apapun kecerdasan Abu Nawas, ia tetaplah insan biasa. Kala masih bujangan, ibarat cowok lainnya, ia juga ingin segera mendapatkan jodoh kemudian menikah dan mempunyai sebuah keluarga.
Pada suatu ketika ia sangat tergila-gila pada seorang wanita. Wanita itu sungguh cantik, pandai serta termasuk perempuan yang mahir ibadah. Abu Nawas berkeinginan untuk memperistri perempuan salihah itu. Karena cintanya begitu membara, ia pun berdoa dengan khusyuk kepada Allah SWT.
“Ya Allah, kalau memang gadis itu baik untuk saya, dekatkanlah kepadaku. Tetapi kalau memang menurutmu ia tidak baik buatku, tolong Ya Allah, sekali lagi tolong pertimbangkan lagi ya Allah,” ucap doanya dengan menyebut nama gadis itu dan terkesan memaksa kehendak Allah.
Abu Nawas melaksanakan doa itu setiap selesai shalat lima waktu. Selama berbulan-bulan ia menunggu gejala dikabulkan doanya. Berjalan lebih tiga bulan, Abu Nawas merasa doanya tak dikabulkan Allah. Ia pun introspeksi diri.
“Mungkin Allah tak mengabulkan doaku lantaran saya kurang pasrah atas pilihan jodohku,” katanya dalam hati.
Kemudian Abu Nawas pun bermunajat lagi. Tapi kali ini ganti strategi, doa itu tidak diembel-embeli spesifik pakai nama si gadis, apalagi berani “maksa” kepada Allah ibarat doa sebelumnya.
“Ya Allah berikanlah istri yang terbaik untukku,” begitu bunyi doanya.
Berbulan-bulan ia terus memohon kepada Allah, namun Allah tak juga mendekatkan Abu Nawas dengan gadis pujaannya. Bahkan Allah juga tidak mempertemukan Abu Nawas dengan perempuan yang mau diperistri. Lama-lama ia mulai khawatir juga.
Takut menjadi bujangan bau tanah yang lapuk dimakan usia.
Ia pun memutar otak lagi bagaimana caranya berdoa dan bisa cepat terkabul. Abu Nawas memang cerdas. Tak kehabisan akal, ia pun merasa perlu sedikit “diplomatis” dengan Allah. Ia pun mengubah doanya.
“Ya Allah, kini saya tidak minta lagi untuk diriku. Aku hanya minta perempuan sebagai menantu Ibuku yang sudah bau tanah dan sangat saya cintai Ya Allah. Sekali lagi bukan untukku Ya Tuhan. Maka, berikanlah ia menantu,” begitu doa Abu Nawas.
Barangkali lantaran keikhlasan dan “keluguan” Abu Nawas tersebut, Allah pun menjawab doanya.
Akhirnya Allah menakdirkan perempuan manis dan salihah itu menjadi istri Abu Nawas. Abu Nawas bersyukur sekali bisa mempersunting gadis pujaannya. Keluarganya pun berjalan mawaddah warahmah.
Analisis Unsur Intrinsik
Tema
Tentang perjalanan hidup: Doa dan perjuangan Abu Nawas untuk mendapatkan pendamping hidup.Alur
Alur yang dipakai Mundur, lantaran terdapat flashback.- Perkenalan: Ada saja cara Abu Nawas berdoa biar dirinya mendapatkan jodoh dan menikah. Karena kecerdasan dan semangat dalam dirinya, (paragraf 1)
- Penyelesaian: risikonya Abu Nawas mendapatkan istri yang manis dan shalihah. Sehebat apapun kecerdasan Abu Nawas, ia tetaplah insan biasa. (paragraf 1)
- Masalah: Pada suatu ketika ia sangat tergila-gila pada seorang wanita. Wanita itu sungguh cantik, pandai serta termasuk perempuan yang mahir ibadah. Abu Nawas berkeinginan untuk memperistri perempuan salihah itu (paragraf 2)
- Klimaks: Berbulan-bulan ia terus memohon kepada Allah, namun Allah tak juga mendekatkan Abu Nawas dengan gadis pujaannya. Bahkan Allah juga tidak mempertemukan Abu Nawas dengan perempuan yang mau diperistri. Lama-lama ia mulai khawatir juga. Takut menjadi bujangan bau tanah yang lapuk dimakan usia (paragraf 8)
- Falling action: Ia pun memutar otak lagi bagaimana caranya berdoa dan bisa cepat terkabul.Abu Nawas memang cerdas. Tak kehabisan akal, ia pun merasa perlu sedikit “diplomatis” dengan Allah. Ia pun mengubah doanya. Akhirnya Allah menakdirkan perempuan manis dan salihah itu menjadi istri Abu Nawas. Abu Nawas bersyukur sekali bisa mempersunting gadis pujaannya. Keluarganya pun berjalan mawaddah warahmah (paragraf terakhir).
Penokohan
Abu Nawas: Ambisius, cerdas, cerdik, semangat, dan tidak pantang menyerah/ tidak gampang putus asa.- Bukti: Para paragraf 1 (pertama): "Ada saja cara Abu Nawas berdoa biar dirinya mendapatkan jodoh dan menikah. Karena kecerdasan dan semangat dalam dirinya,"
Sudut Pandang
Orang ketiga serba tahu, lantaran pengarang tahu hinggai si hati si tokoh Abu Nawas.- Bukti: Pada kalimat "Ia pun memutar otak lagi bagaimana caranya berdoa dan bisa cepat terkabul. Abu Nawas memang cerdas. Tak kehabisan akal, ia pun merasa perlu sedikit “diplomatis” dengan Allah. Ia pun mengubah doanya".
Latar/Setting
Waktu: Pagi, siang, dan malam hari dalam waktu berbulan-bulan.- Bukti: Abu Nawas melaksanakan doa itu setiap selesai shalat lima waktu. Selama berbulan-bulan ia menunggu gejala dikabulkan doanya. Berjalan lebih tiga bulan.
Tempat: Rumah atau Tempat Ibadah.
- Bukti: Abu Nawas melaksanakan doa itu setiap selesai shalat lima waktu. Selama berbulan-bulan ia menunggu gejala dikabulkan doanya.
Suasana: Khusyuk dan Bahagia.
- Bukti Khusyuk: Karena cintanya begitu membara, ia pun berdoa dengan khusyuk kepada Allah SWT.
- Bukti Bahagia: Akhirnya Allah menakdirkan perempuan manis dan salihah itu menjadi istri Abu Nawas. Abu Nawas bersyukur sekali bisa mempersunting gadis pujaannya. Keluarganya pun berjalan mawaddah warahmah.
Amanat
Doa, usaha, ikthiar, dan tawakal lah, maka Allah SWT akan memberi apa yang kita mau/inginkan. Jodoh sudah berada ditangan Allah SWT.Analisis Unsur Ekstrinsik
Nilai-nilai
- Nilai Moral, terdapat pada kalimat: Karena kecerdasan dan semangat dalam dirinya, risikonya Abu Nawas mendapatkan istri yang manis dan shalihah. Sehebat apapun kecerdasan Abu Nawas, ia tetaplah insan biasa.
- Nilai Religius, terdapat pada kalimat: Abu Nawas melaksanakan doa itu setiap selesai shalat lima waktu.
- Nilai Sosial Budaya, terdapat pada kalimat: Aku hanya minta perempuan sebagai menantu Ibuku yang sudah bau tanah dan sangat saya cintai Ya Allah. Sekali lagi bukan untukku Ya Tuhan. Maka, berikanlah ia menantu
#2 Hikayat Abu Nawas: Pesan Bagi Hakim Beserta Unsur Instrinsik dan Ekstrinsik
Bapaknya Abu Nawas ialah Penghulu Kerajaan Baghdad berjulukan Maulana. Pada suatu hari bapaknya Abu Nawas yang sudah bau tanah itu sakit parah dan risikonya meninggal dunia.
Abu Nawas dipanggil ke istana. la diperintah Sultan (Raja) untuk mengubur mayit bapaknya itu sebagaimana sopan santun Syeikh Maulana. Apa yang dilakukan Abu Nawas hampir tiada bedanya dengan Kadi Maulana baik mengenai tata cara memandikan mayit hingga mengkafani, menyalati dan men-do’akannya. Maka Sultan bermaksud mengangkat Abu Nawas menjadi Kadi atau penghulu menggantikan kedudukan bapaknya.
Namun..,demi mendengar rencana sang Sultan. Tiba-tiba saja Abu Nawas yang cerdas itu tiba-tiba nampak bermetamorfosis gila.
Usai upacara pemakaman bapaknya. Abu Nawas mengambil batang sepotong batang pisang dan diperlakukannya ibarat kuda, ia menunggang kuda dari batang pisang itu sambil berlari-lari dari kuburan bapaknya menuju rumahnya. Orang yang melihat menjadi terheran-heran dibuatnya.
Pada hari yang lain ia mengajak belum dewasa kecil dalam jumlah yang cukup banyak untuk pergi ke makam bapaknya. Dan di atas makam bapaknya itu ia mengajak belum dewasa bermain rebana dan bersuka cita.
Kini semua orang semakin heran atas kelakuan Abu Nawas itu, mereka menganggap Abu Nawas sudah menjadi gila lantaran ditinggal mati oleh bapaknya.
Pada suatu hari ada beberapa orang utusan dari Sultan Harun Al Rasyid tiba menemui Abu Nawas.
“Hai Abu Nawas kau dipanggil Sultan untuk menghadap ke istana.” kata wazir utusan Sultan.
“Buat apa sultan memanggilku, saya tidak ada keperluan dengannya.” jawab Abu Nawas dengan entengnya ibarat tanpa beban.
“Hai Abu Nawas kau dilarang berkata ibarat itu kepada rajamu.”
“Hai wazir, kau jangan banyak cakap. Cepat ambil ini kudaku ini dan mandikan di sungai supaya higienis dan segar.” kata Abu Nawas sambil menyodorkan sebatang pohon pisang yang dijadikan kuda-kudaan.
Si wazir hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Abu Nawas. “Abu Nawas kau mau apa tidak menghadap Sultan?” kata wazir.
“Katakan kepada rajamu, saya sudah tahu maka saya tidak mau.” kata
Abu Nawas.
“Apa maksudnya Abu Nawas?” tanya wazir dengan rasa penasaran.
“Sudah pergi sana, bilang saja begitu kepada rajamu.” sergah Abu Nawas sembari menyaruk debu dan dilempar ke arah si wazir dan teman-temannya.
Si wazir segera menyingkir dari halaman rumah Abu Nawas. Mereka laporkan keadaan Abu Nawas yang ibarat tak waras itu kepada Sultan Harun Al Rasyid.
Dengan geram Sultan berkata,”Kalian udik semua, hanya menghadapkan Abu Nawas kemari saja tak becus! Ayo pergi sana ke rumah Abu Nawas bawa beliau kemari dengan suka rela ataupun terpaksa.”
Si wazir segera mengajak beberapa prajurit istana. Dan dengan paksa Abu Nawas di hadirkan di hadapan raja.
Namun lagi-lagi di depan raja Abu Nawas berlagak pilon bahkan tingkah-nya ugal-ugalan tak selayaknya berada di hadapan seorang raja.
“Abu Nawas bersikaplah sopan!” tegur Baginda. “Ya Baginda, tahukah Anda……?”
‘Apa Abu Nawas…?”
“Baginda…terasi itu asalnya dari udang !”
“Kurang didik kau menghinaku Nawas !”
“Tidak Baginda! Siapa bilang udang berasal dari terasi?”
Baginda merasa dilecehkan, ia naik pitam dan segera memberi perintah kepada para pengawalnya.
“Hajar beliau ! Pukuli beliau sebanyak dua puluh lima kali.”
Wah-wah! Abu Nawas yang kurus kering itu risikonya lemas tak berdaya dipukuli tentara yang bertubuh kekar.
Usai dipukuli Abu Nawas disuruh keluar istana. Ketika hingga di pintu gerbang kota, ia dicegat oleh penjaga.
“Hai Abu Nawas! Tempo hari ketika kau hendak masuk kekota ini kita telah mengadakan perjanjian. Masak kau lupa pada janjimu itu? Jika engkau diberi hadiah oleh Baginda maka engkau berkata: Aku bagi dua; engkau satu bagian, saya satu bagian. Nah, kini mana bagianku itu?”
“Hai penjaga pintu gerbang, apakah kau benar-benar menginginkan hadiah Baginda yang diberikan kepadaku tadi?”
“lya, tentu itu kan sudah merupakan perjanjian kita?”
“Balk, saya berikan semuanya, bukan hanya satu bagian!”
“Wah ternyata kau baik hati Abu Nawas. Memang harusnya begitu, kau kan sudah sering mendapatkan hadiah dari Baginda.”
Tanpa banyak cakap lagi Abu Nawas mengambil sebatang kayu yang agak besar kemudian orang itu dipukulinya sebanyak dua puluh lima kali.Tentu saja orang itu menjerit-jerit kesakitan dan menganggap Abu Nawas telah menjadi gila.
Setelah penunggu gerbang kota itu klenger Abu Nawas meninggalkannya begitu saja, ia terus melangkah pulang ke rumahnya.
Sementara itu si penjaga pintu gerbang mengadukan nasibnya kepada Sultan Harun Al Rasyid.
“Ya, Tuanku Syah Alam, ampun beribu ampun. Hamba tiba kemari mengadukan Abu Nawas yang telah memukul hamba sebanyak dua puluh lima kali tanpa suatu kesalahan. Hamba mohom keadilan dari Tuanku Baginda.”
Baginda segera memerintahkan pengawal untuk memanggil Abu Nawas. Setelah Abu Nawas berada di hadapan Baginda ia ditanya.”Hai Abu Nawas! Benarkah kau telah memukuli penunggu pintu gerbang kota ini sebanyak dua puluh lima kali pukulan?”
Berkata Abu Nawas, “Ampun Tuanku, sudah sepatutnya beliau mendapatkan pukulan itu
“Apa maksudmu? Coba kau jelaskan seb orang itu?” tanya Baginda.
“Tuanku,”kata Abu Nawas.”Hamba dan p. mengadakan perjanjian bahwa jika’hamba diberi hadiah tersebut akan dibagi dua. Satu potongan saya. Nah pagi tadi hamba mendapatkan hadial maka saya berikan pula hadiah dua puluh limi kali.
“Hai penunggu pintu gerbang, benarkah kau berjanji ibarat itu dengan Abu Nawas?” tanya Baginda.
“Benar Tuanku,”jawab penunggu pintu gerbang menerka kalau Baginda memperlihatkan hadiah pada abunawas.
“Hahahahaha…….!Dasar tukang peras,
sahut Baginda.”Abu Nawas tiada bersalah bahwa penjaga pintu gerbang kota Baghdad suka memeras orang! Kalau kau tidak berubah saya akan memecat dan menghukum kamu!”
“Ampun Tuanku,”sahut penjaga pintu gerbang.
Abu Nawas berkata,”Tuanku, hamba sue tiba-tiba diwajibkan hadir di daerah ini, pai Hamba mohon ganti rugi. Sebab jatah waktu lantaran panggilan Tuanku. Padahal besok r untuk keluarga hamba.”
Sejenak Baginda melengak, terkejut ate tiba-tiba ia tertawa terbahak-bahak,” Hahahah
Baginda kemudian memerintahkan bem sekantong uang perak kepada Abu Nawas. A hati gembira.
Tetapi sesampai di rumahnya Abu Naw bahkan semakin nyentrik ibarat orang gila J
Pada suatu hari Raja Harun Al Rasyid rm menterinya.
“Apa pendapat kalian mengenai Abu N. sebagai kadi?”3
Wazir atau perdana meneteri berkata,”Melihat keadaan Abu Nawas yang semakin parah otaknya maka sebaiknya Tuanku mengangkat orang lain saja menjadi kadi.”
Menteri-menteri yang lain juga mengutarakan pendapat yang sama. “Tuanku, Abu Nawas telah menjadi gila lantaran itu beliau tak layak menjadi kadi.”
“Baiklah, kita tunggu dulu hingga dua puluh satu hari, lantaran bapaknya gres saja mati. Jika tidak sembuh-sembuh juga bolehlah kita mencari kadi yang lain saja.”
Setelah lewat satu bulan Abu Nawas masih dinggap gila, maka Sultan Harun Al Rasyid mengangkat orang lain menjadi kadi atau penghulu kerajaan Baghdad.
Konon dalam seuatu pertemuan besar ada seseorang berjulukan Polan yang semenjak usang berambisi menjadi Kadi, la mempengaruhi orang-orang di sekitar Baginda untuk menyetujui kalau ia diangkat menjadi Kadi, maka tatkala ia mengajukan dirinya menjadi Kadi kepada Baginda maka dengan gampang Baginda menyetujuinya.
Begitu mendengar Polan diangkat menjadi kadi maka Abu Nawas mengucapkan syukur kepada Tuhan. “Alhamdulillah….. saya telah terlepas dari balak yang mengerikan.Tapi….sayang sekali kenapa hams Polan yang menjadi Kadi, kenapa tidak yang lain saja.”
Mengapa Abu Nawas bersikap ibarat orang gila? Ceritanya begini: Pada suatu hari ketika ayahnya sakit parah dan hendak meninggal dunia ia panggil Abu Nawas untuk menghadap. Abu Nawas pun tiba mendapati bapaknya yang sudah lemah lunglai.
Berkata bapaknya, “Hai anakku, saya sudah hampir mati. Sekarang ciumlah pendengaran kanan dan pendengaran kiriku.”
Abu Nawas segera menuruti undangan terakhir bapaknya. la cium pendengaran kanan bapaknya, ternyata berbau harum, sedangkan yang sebelah kiri berbau sangat busuk.
“Bagamaina anakku? Sudah kau cium?” “Benar Bapak!”
“Ceritakan dengan sejujurnya, baunya kedua telingaku ini.” “Aduh Pak, sungguh mengherankan, pendengaran Bapak yang sebelah kanan berbau harum sekali. Tapi… yang sebelah kiri kok baunya amat busuk?”
“Hai anakku Abu Nawas, tahukah apa sebabnya bisa terjadi begini?” “Wahai bapakku, cobalah ceritakan kepada anakmu ini.’;
Berkata Syeikh Maulana.Tada suatu hari tiba dua orang mengadukan masalahnya kepadaku. Yang seorang saya dengarkan keluhannya. Tapi yang seorang lagi lantaran saya tak suka maka tak kudengar pengaduannya. Inilah resiko menjadi Kadi (Penghulu). Jika kelak kau suka menjadi Kadi maka kau akan mengalami hal yang sama, namun Jika kau tidak suka menjadi Kadi maka buatlah alasan yang masuk nalar biar kau tidak dipilih sebagai Kadi o!eh Sultan Harun Al Rasyid. Tapi tak bisa tidak Sultan Harun AI.Rasyid pastilah tetap memilihmu sebagai Kadi.”
Nah, itulah sebabnya Abu Nawas akal-akalan menjadi gila. Hanya untuk menghindarkan diri biar tidak diangkat menjadi kadi, seorang kadi atau penghulu pada masa itu kedudukannya ibarat hakim yang memutus suatu perkara. Waiaupun Abu Nawas tidak menjadi Kadi namun beliau sering diajak konsultasi oleh sang Raja untuk memutus suatu perkara. Bahkan ia kerap kali dipaksa tiba ke istana hanya sekedar untuk menjawab pertanyaan Baginda Raja yang aneh-aneh dan tidak masuk akal.
Analisis Unsur Instrinsik
Tema
Tentang KeadilanAlur
Menggunakan alur maju-mundur. Karena si penulis menceritakan dongeng yang tidak berurutan dari awal hingga akhir.Setting/Latar
- Latar tempat: Negeri Antah Berantah, Kerajaan Raja Baghdad, Rumah Abunawas, Rumah kadi.
- Latar suasana: Bahagia, menegangkan, dan ramai.
Sudut Pandang
Sudut pandang pengarang ialah orang ketiga serba tahu.Amanat
- Kita harus banyak-banyak bersyukur.
- Jangan selalu melihat ke atas, sekali-kali lihatlah kebawah, lantaran masih banyak orang yang hidupnya lebih menderita dari kita.
- Hadapilah semua rintangan dan cobaan dalam hidup dengan sabar dan rendah hati.
- Jangan memandang seseorang dari tampak luarnya saja, tapi lihatlah ke dalam hatinya.
- Hendaknya kita sanggup menolong sesama yang mengalami kesukaran.
- Janganlah kita gampang mengalah dalam menghadapi suatu hal.
- Hidup dan kematian, senang dan kesedihan, semua berada di tanan Tuhan, insan hanya sanggup menjalani takdir yang telah ditentukan.
- Kita harus selalu bersikap adil
Analisis Unsur Ekstrinsik
Nilai-nilai
- Nilai Moral: Janganlah kita terlalu memaksakan kehendak yang kita mau kalau bantu-membantu tidak mampu.
- Kita harus bersikap secara bijaksana dalam menghadapi segala sesuatu di dalam hidup kita.
- Nilai Budaya: Sebagai seorang raja kita harus bisa memperlihatkan pola teladan kepada rakyat kita.
- Nilai Sosial: Kita harus saling tolong-menolong terhadap sesama dan khusus untuk orang yang membutuhkan tanpa ada rasa pamrih.
- Hendaknya kita mau untuk menyebarkan supaya meringankan beban orang yang membutuhkan.
- Nilai Religius: Percayalah hanya kepada Tuhan bahwa Dialah yang menentukan nasib manusia.
- Jangan memeprcayai ramalan yang belum terang kebenarannya.
- Nilai Pendidikan: Kita harus saling tolong-menolong terhadap sesama insan dan pada orang yang membutuhkan tanpa mengharapkan balasan.
#3 Hikayat Abu Nawas dan Lelaki Kikir beserta Unsur Instrinsik dan Ekstrinsik
Syahdan,disuatu masa hidup seorang laki2 yang punya sifat kikir (pelit).ia mempunyai sebuah rumah yang cukup besar.didalam rumah itu beliau tinggal bersama seorang istri dan 3 orang anaknya yang masih kecil2.laki2 ini merasa rumahnya sudah sangat sempit dengan keberadaannya dan keluarganya.namun,untuk memperluas rumahnya,sang lelaki merasa sayang untuk mengeluarkan uang.ia putar otak bagaimana caranya biar ia bisa memperluas rumahnya tanpa mengeluarkan banyak.akhirnya,ia mendatangi abunawas,seorang bakir dikampungnya.pergilah ia menuju rumah debu nawas.
si lelaki : “salam hai abunawas,semoga engkau selamat sejahtera.”
debu nawas : “salam juga untukmu hai orang asing,ada apa gerangan kau mendatangi kediamanku yang reot ini ?”
si lelaki kemudian menceritakan kasus yang ia hadapi.abunawas mendengar dengan seksama.setelah si lelaki selesai bercerita,abunawas tampak tepekur sesaat,tersenyum,lalu ia berkata :
“hai fulan,jika kau menghendaki kediaman yang lebih luas,belilah sepasang ayam,jantan dan betina,lalu buatkan sangkar didalam rumahmu.3 hari lagi kau lapor padaku bagaimana keadaan rumahmu.”
si lelaki bingung,apa hubungannya ayam dengan luas rumah,tapi ia tak membantah.sepulang dari rumah abunawas,ia membeli sepasang ayam,lalu membuatkan sangkar untuk ayamnya didalam rumah.
3 hari kemudian,ia kembali kekediaman abunawas,dengan wajah berkerut.
abunawas : “bagaimana fulan,sudah bertambah luaskah kediamanmu?”
si lelaki : “boro boro ya abu.apa kau yakin idemu ini tidak salah?rumahku tambah kacau dengan adanya kedua ekor ayam itu.mereka menciptakan keributan dan kotorannya berbau tak sedap.”
debu nawas : “( sambil tersenyum ) kalau begitu tambahkan sepasang angsa dan buatkan sangkar didalam rumahmu.lalu kembali 3 hari lagi.”
silelaki terperanjat.kemarin ayam kini bebek,memangnya rumahnya peternakan?.atau sicerdik abunawas ini sedang kumat jahilnya?namun ibarat pertama kali,ia tak berani membantah,karena ingat reputasi abunawas yang selalu berhasil memecahkan banyak sekali masalah.pergilah ia ke pasar,dibelinya sepasang bebek,lalu dibuatkannya sangkar didalam rumahnya.
sehabis 3 hari ia kembali menemuai abunawas.
debu nawas : “bagaimana fulan,kediamanmu sedah mulai terasa luas atau belum ?”
si lelaki : “aduh abu,ampun,jangan kau menegerjai aku.saat ini ialah ketika paling parah selama saya tinggal dirumah itu.rumahku kini sangat ibarat pasar unggas,sempit,padat,dan baunya bukan main.”
abunawas : “waah,bagus kalau begitu.tambahkan seekor kambing lagi.buatkan ia sangkar didalam rumahmu juga.lalu kembali kesini 3 hari lagi.”
si lelaki : “apa kau sudah gila debu ?kemarin ayam,bebek dan kini kambing.apa tidak ada cara lain yang lebih normal?”
abunawas : “lakukan saja,jangan membantah.”
lelaki itu tertunduk lesu,bagaimanapun juga yang memberi pandangan gres ialah abunawas,sicerdik pandai yang tersohor.maka dengan pasrah pergilah ia ke pasar dan membeli seekor kambing,lalu ia membuatkan sangkar didalam rumahnya.
3 hari kemudian beliau kembali menemui abunawas
abunawas : “bagaimana fulan ? sudah membesarkah kediamanmu ?”
si lelaki : “rumahku kini benar2 sudah jadi neraka.istriku mengomel sepanjang hari,anak2 menangis, semua hewan2 berkotek dan mengembik,bau,panas,sumpek,betul2 parah ya abu.tolong saya abu,jangan suruh saya beli sapi dan mengandangkannya dirumahku,aku tak sanggup ya abu.”
debu nawas : “baiklah,kalau begitu,pulanglah kamu,lalu juallah kambingmu kepasar,besok kau kembali untuk menceritakan keadaan rumahmu.”
si lelaki pulang sambil bertanya2 dalam hatinya,kemarin disuruh beli,sekarang disuruh jual,apa maunya si abunawas.namun,ia tetap menjual kambingnya kepasar.keesokan harinya ia kembali kerumah abunawas.
debu nawas : “bagaimana kondisi rumahmu hari ini ?”
si lelaki :”yah,lumayan lah abu,paling tidak busuk dari kambing dan bunyi embikannya yang berisik sudah tak kudengar lagi.”
debu nawas : “kalau begitu juallah bebek2mu hari ini,besok kau kembali kemari”
si lelaki pulang kerumahnya dan menjual bebek2nya kepasar.esok harinya ia kembali kerumah abunawas
abunawas : “jadi,bagaimana kondisi rumahmu hari ini?”
si lelaki : “syukurlah abu,dengan perginya bebek2 itu,rumahku jadi jauh lebih hening dan tidak terlalu sumpek dan busuk lagi.anak2ku juga sudah mulai berhenti menangis.”
abunawas.bagus.”kini juallah ayam2mu kepasar dan kembali besok ”
si lelaki pulang dan menjual ayam2nya kepasar.keesokan harinya ia kembali dengan wajah yang berseri2 kerumah abunawas
abunawas : “kulihat wajahmu cerah hai fulan,bagaimana kondisi rumahmu ketika ini?”
si lelaki :”alhamdulillah ya abu,sekarang rasanya rumahku sangat lega lantaran ayam dan kandangnya sudah tidak ada.kini istriku sudah tidak marah2 lagi,anak2ku juga sudah tidak rewel.”
abunawas : “(sambil tersenyum) nah nah,kau lihat kan,sekarang rumahmu sudah menjadi luas padahal kau tidak menambah bangunan apapun atau memperluas tanah banguanmu.sesungguhnya rumahmu itu cukup luas,hanya hatimu sempit sehingga kau tak melihat betapa luasnya rumahmu.mulai kini kau harus lebih banyak bersyukur lantaran masih banyak orang yang rumahnya lebih sempit darimu.sekarang pulanglah kamu,dan atur rumah tanggamu,dan banyak2lah bersyukur atas apa yang dirizkikan dewa padamu,dan jangan banyak mengeluh.”
silelaki pun terdiam sadar atas segala kekeliruannya,ia terpana akan kecendikiaan sang tokoh dan mengucap terima kasih pada abunawas…
Analisis Unsur Instrinsik
Tema
Tentang bersyukur dengan apa yang telah kita milikiAlur
Menggunakan alur maju, lantaran si penulis menceritakan insiden tersebut dari awal permasalahan hingga selesai permasalahan tanpa adanya flashback.Setting/Latar
- Latar tempat: Negeri Antah Berantah, Rumah lelaki kikir, Pasar, Rumah Abunawas.
- Latar suasana: Bahagia, menegangkan, dan ramai.
Sudut Pandang
Sudut pandang pengarang ialah orang ketiga serba tahu.Amanat
- Kita harus banyak-banyak bersyukur.
- Jangan selalu melihat ke atas, sekali-kali lihatlah kebawah, lantaran masih banyak orang yang hidupnya lebih menderita dari kita.
- Hadapilah semua rintangan dan cobaan dalam hidup dengan sabar dan rendah hati.
- Jangan memandang seseorang dari tampak luarnya saja, tapi lihatlah ke dalam hatinya.
- Hendaknya kita sanggup menolong sesama yang mengalami kesukaran.
- Janganlah kita gampang mengalah dalam menghadapi suatu hal.
Analisis Unsur Ekstrinsik
Nilai-nilai
- Nilai Moral: Kita harus bersikap bijaksana dalam menghadapi segala duduk masalah di dalam hidup kita. Jangan kita terlalu memaksakan kehendak kita kalau bantu-membantu itu tidak perlu.
- Nilai Budaya: Sebagai seorang ayah sebaiknya memperlihatkan pola tauladan yang baik kepada belum dewasa dan istri.
- Nilai Sosial: Kita harus saling tolong-menolong terhadap sesama insan dan kepada orang yang lebih membutuhkan tanpa rasa pamrih.
- Nilai Religius: Percayalah hanya kepada Tuhan bahwa Dialah yang menentukan nasib manusia.
- Jangan memeprcayai ramalan yang belum terang kebenarannya.
- Nilai Pendidikan: Kita harus saling tolong-menolong terhadap sesama insan dan pada orang yang membutuhkan tanpa mengharapkan balasan.
Baca juga: Hikayat [LENGKAP]: Pengertian, Jenis, Ciri, dan Struktur
Demikianlah artikel hari ini wacana 3 Contoh Hikayat Abu Nawas Beserta Unsur I
silelaki terperanjat.kemarin ayam kini bebek,memangnya rumahnya peternakan?.atau sicerdik abunawas ini sedang kumat jahilnya?namun ibarat pertama kali,ia tak berani membantah,karena ingat reputasi abunawas yang selalu berhasil memecahkan banyak sekali masalah.pergilah ia ke pasar,dibelinya sepasang bebek,lalu dibuatkannya sangkar didalam rumahnya.
sehabis 3 hari ia kembali menemuai abunawas.
debu nawas : “bagaimana fulan,kediamanmu sedah mulai terasa luas atau belum ?”
si lelaki : “aduh abu,ampun,jangan kau menegerjai aku.saat ini ialah ketika paling parah selama saya tinggal dirumah itu.rumahku kini sangat ibarat pasar unggas,sempit,padat,dan baunya bukan main.”
abunawas : “waah,bagus kalau begitu.tambahkan seekor kambing lagi.buatkan ia sangkar didalam rumahmu juga.lalu kembali kesini 3 hari lagi.”
si lelaki : “apa kau sudah gila debu ?kemarin ayam,bebek dan kini kambing.apa tidak ada cara lain yang lebih normal?”
abunawas : “lakukan saja,jangan membantah.”
lelaki itu tertunduk lesu,bagaimanapun juga yang memberi pandangan gres ialah abunawas,sicerdik pandai yang tersohor.maka dengan pasrah pergilah ia ke pasar dan membeli seekor kambing,lalu ia membuatkan sangkar didalam rumahnya.
3 hari kemudian beliau kembali menemui abunawas
abunawas : “bagaimana fulan ? sudah membesarkah kediamanmu ?”
si lelaki : “rumahku kini benar2 sudah jadi neraka.istriku mengomel sepanjang hari,anak2 menangis, semua hewan2 berkotek dan mengembik,bau,panas,sumpek,betul2 parah ya abu.tolong saya abu,jangan suruh saya beli sapi dan mengandangkannya dirumahku,aku tak sanggup ya abu.”
debu nawas : “baiklah,kalau begitu,pulanglah kamu,lalu juallah kambingmu kepasar,besok kau kembali untuk menceritakan keadaan rumahmu.”
si lelaki pulang sambil bertanya2 dalam hatinya,kemarin disuruh beli,sekarang disuruh jual,apa maunya si abunawas.namun,ia tetap menjual kambingnya kepasar.keesokan harinya ia kembali kerumah abunawas.
debu nawas : “bagaimana kondisi rumahmu hari ini ?”
si lelaki :”yah,lumayan lah abu,paling tidak busuk dari kambing dan bunyi embikannya yang berisik sudah tak kudengar lagi.”
debu nawas : “kalau begitu juallah bebek2mu hari ini,besok kau kembali kemari”
si lelaki pulang kerumahnya dan menjual bebek2nya kepasar.esok harinya ia kembali kerumah abunawas
abunawas : “jadi,bagaimana kondisi rumahmu hari ini?”
si lelaki : “syukurlah abu,dengan perginya bebek2 itu,rumahku jadi jauh lebih hening dan tidak terlalu sumpek dan busuk lagi.anak2ku juga sudah mulai berhenti menangis.”
abunawas.bagus.”kini juallah ayam2mu kepasar dan kembali besok ”
si lelaki pulang dan menjual ayam2nya kepasar.keesokan harinya ia kembali dengan wajah yang berseri2 kerumah abunawas
abunawas : “kulihat wajahmu cerah hai fulan,bagaimana kondisi rumahmu ketika ini?”
si lelaki :”alhamdulillah ya abu,sekarang rasanya rumahku sangat lega lantaran ayam dan kandangnya sudah tidak ada.kini istriku sudah tidak marah2 lagi,anak2ku juga sudah tidak rewel.”
abunawas : “(sambil tersenyum) nah nah,kau lihat kan,sekarang rumahmu sudah menjadi luas padahal kau tidak menambah bangunan apapun atau memperluas tanah banguanmu.sesungguhnya rumahmu itu cukup luas,hanya hatimu sempit sehingga kau tak melihat betapa luasnya rumahmu.mulai kini kau harus lebih banyak bersyukur lantaran masih banyak orang yang rumahnya lebih sempit darimu.sekarang pulanglah kamu,dan atur rumah tanggamu,dan banyak2lah bersyukur atas apa yang dirizkikan dewa padamu,dan jangan banyak mengeluh.”
silelaki pun terdiam sadar atas segala kekeliruannya,ia terpana akan kecendikiaan sang tokoh dan mengucap terima kasih pada abunawas…
Baca juga: Hikayat [LENGKAP]: Pengertian, Jenis, Ciri, dan Struktur
Demikianlah artikel hari ini wacana 3 Contoh Hikayat Abu Nawas Beserta Unsur Instrinsik dan Ekstrinsik. Semoga bermanfaat bagi Anda. Untuk membantu blog ini biar berkembang, kami mohon untuk share dan komentar ya. Sekian dan terimakasih.
sehabis 3 hari ia kembali menemuai abunawas.
debu nawas : “bagaimana fulan,kediamanmu sedah mulai terasa luas atau belum ?”
si lelaki : “aduh abu,ampun,jangan kau menegerjai aku.saat ini ialah ketika paling parah selama saya tinggal dirumah itu.rumahku kini sangat ibarat pasar unggas,sempit,padat,dan baunya bukan main.”
abunawas : “waah,bagus kalau begitu.tambahkan seekor kambing lagi.buatkan ia sangkar didalam rumahmu juga.lalu kembali kesini 3 hari lagi.”
si lelaki : “apa kau sudah gila debu ?kemarin ayam,bebek dan kini kambing.apa tidak ada cara lain yang lebih normal?”
abunawas : “lakukan saja,jangan membantah.”
lelaki itu tertunduk lesu,bagaimanapun juga yang memberi pandangan gres ialah abunawas,sicerdik pandai yang tersohor.maka dengan pasrah pergilah ia ke pasar dan membeli seekor kambing,lalu ia membuatkan sangkar didalam rumahnya.
3 hari kemudian beliau kembali menemui abunawas
abunawas : “bagaimana fulan ? sudah membesarkah kediamanmu ?”
si lelaki : “rumahku kini benar2 sudah jadi neraka.istriku mengomel sepanjang hari,anak2 menangis, semua hewan2 berkotek dan mengembik,bau,panas,sumpek,betul2 parah ya abu.tolong saya abu,jangan suruh saya beli sapi dan mengandangkannya dirumahku,aku tak sanggup ya abu.”
debu nawas : “baiklah,kalau begitu,pulanglah kamu,lalu juallah kambingmu kepasar,besok kau kembali untuk menceritakan keadaan rumahmu.”
si lelaki pulang sambil bertanya2 dalam hatinya,kemarin disuruh beli,sekarang disuruh jual,apa maunya si abunawas.namun,ia tetap menjual kambingnya kepasar.keesokan harinya ia kembali kerumah abunawas.
debu nawas : “bagaimana kondisi rumahmu hari ini ?”
si lelaki :”yah,lumayan lah abu,paling tidak busuk dari kambing dan bunyi embikannya yang berisik sudah tak kudengar lagi.”
debu nawas : “kalau begitu juallah bebek2mu hari ini,besok kau kembali kemari”
si lelaki pulang kerumahnya dan menjual bebek2nya kepasar.esok harinya ia kembali kerumah abunawas
abunawas : “jadi,bagaimana kondisi rumahmu hari ini?”
si lelaki : “syukurlah abu,dengan perginya bebek2 itu,rumahku jadi jauh lebih hening dan tidak terlalu sumpek dan busuk lagi.anak2ku juga sudah mulai berhenti menangis.”
abunawas.bagus.”kini juallah ayam2mu kepasar dan kembali besok ”
si lelaki pulang dan menjual ayam2nya kepasar.keesokan harinya ia kembali dengan wajah yang berseri2 kerumah abunawas
abunawas : “kulihat wajahmu cerah hai fulan,bagaimana kondisi rumahmu ketika ini?”
si lelaki :”alhamdulillah ya abu,sekarang rasanya rumahku sangat lega lantaran ayam dan kandangnya sudah tidak ada.kini istriku sudah tidak marah2 lagi,anak2ku juga sudah tidak rewel.”
abunawas : “(sambil tersenyum) nah nah,kau lihat kan,sekarang rumahmu sudah menjadi luas padahal kau tidak menambah bangunan apapun atau memperluas tanah banguanmu.sesungguhnya rumahmu itu cukup luas,hanya hatimu sempit sehingga kau tak melihat betapa luasnya rumahmu.mulai kini kau harus lebih banyak bersyukur lantaran masih banyak orang yang rumahnya lebih sempit darimu.sekarang pulanglah kamu,dan atur rumah tanggamu,dan banyak2lah bersyukur atas apa yang dirizkikan dewa padamu,dan jangan banyak mengeluh.”
silelaki pun terdiam sadar atas segala kekeliruannya,ia terpana akan kecendikiaan sang tokoh dan mengucap terima kasih pada abunawas…
Analisis Unsur Instrinsik
Tema
Tentang bersyukur dengan apa yang telah kita milikiAlur
Menggunakan alur maju, lantaran si penulis menceritakan insiden tersebut dari awal permasalahan hingga selesai permasalahan tanpa adanya flashback.Setting/Latar
- Latar tempat: Negeri Antah Berantah, Rumah lelaki kikir, Pasar, Rumah Abunawas.
- Latar suasana: Bahagia, menegangkan, dan ramai.
Sudut Pandang
Sudut pandang pengarang ialah orang ketiga serba tahu.Amanat
- Kita harus banyak-banyak bersyukur.
- Jangan selalu melihat ke atas, sekali-kali lihatlah kebawah, lantaran masih banyak orang yang hidupnya lebih menderita dari kita.
- Hadapilah semua rintangan dan cobaan dalam hidup dengan sabar dan rendah hati.
- Jangan memandang seseorang dari tampak luarnya saja, tapi lihatlah ke dalam hatinya.
- Hendaknya kita sanggup menolong sesama yang mengalami kesukaran.
- Janganlah kita gampang mengalah dalam menghadapi suatu hal.
Analisis Unsur Ekstrinsik
Nilai-nilai
- Nilai Moral: Kita harus bersikap bijaksana dalam menghadapi segala duduk masalah di dalam hidup kita. Jangan kita terlalu memaksakan kehendak kita kalau bantu-membantu itu tidak perlu.
- Nilai Budaya: Sebagai seorang ayah sebaiknya memperlihatkan pola tauladan yang baik kepada belum dewasa dan istri.
- Nilai Sosial: Kita harus saling tolong-menolong terhadap sesama insan dan kepada orang yang lebih membutuhkan tanpa rasa pamrih.
- Nilai Religius: Percayalah hanya kepada Tuhan bahwa Dialah yang menentukan nasib manusia.
- Jangan memeprcayai ramalan yang belum terang kebenarannya.
- Nilai Pendidikan: Kita harus saling tolong-menolong terhadap sesama insan dan pada orang yang membutuhkan tanpa mengharapkan balasan.
Baca juga: Hikayat [LENGKAP]: Pengertian, Jenis, Ciri, dan Struktur
Demikianlah artikel hari ini wacana 3 Contoh Hikayat Abu Nawas Beserta Unsur Instrinsik dan Ekstrinsik. Semoga bermanfaat bagi Anda. Untuk membantu blog ini biar berkembang, kami mohon untuk share dan komentar ya. Sekian dan terimakasih.