Kazeb - Bagaimana rasanya kehilangan? Pasti sangat menyakitkan, tidak peduli pada siapa pun itu, kecuali orang yang beriman, percaya bahwa Tuhan, yang Maha Mengatur telah menuliskan apa-apa saja yang akan diterima oleh setiap mahluknya.
Jauh sebelum kelahirannya, Allah telah mengatur tugas apa yang akan ia mainkan dikala lahir ke dunia, sejatinya hidup di dunia tidaklah benar-benar nyata.
Kita tidak bisa memaksakan kehendak kita, pun tidak bisa menghindari setiap yang Allah tadirkan untuk kita, setiap perjuangan untuk menghindari takdir justru malah akan mendekatkan kita kepada apa yang Allah berikan pada kita.
Sifatnya yang Maha Memaksa, berlaku untuk semua ciptaannya, bukan hanya untuk insan yang sangat kecil bagaikan debu yang berterbangan jikalau kita membayangkan posisi kita alam raya ini.
Alam semesta juga tunduk pada aturannya, matahari tidak bisa mendahului bulan, bulan pun tidak bisa mendahului matahari, semua berjalan dalam garis yang telah Allah menetapkan untuknya.
Ada seorang juragan beras di Istambul yang merencanakan akan memonopoli beras di pasaran selama setahun. Beras yang ia kumpulkan dari para petani, dipilih menurut jenisnya.
Sedangkan beras dengan varietas paling baik ditanam di atas yang paling baik dan disinari matahari serta menerima terusan pengairan yang optimal.
Sebagiannya lagi ia bawa untuk keperluan keluarganya. Saat makan malam tiba, ia makan nasi dari beras terbaik tersebut.
Namun, apa daya nasi yang sangat pulen tersebut malah menyumbat tenggorokannya. Ia mencoba menelannya atau memuntahkannya, kemudian memanggil dokter keluarganya, perjuangan itu tidak berhasil.
Sang dokter menyarakan untuk pergi ke dokter THT, semoga dilakukan tracheotomy, itu operasi yang gampang katanya. Hanya memotong tenggorokan kemudian mengeluarkan nasinya secara langsung.
Sang juragan terkejut akan gagasan tersebut, ia tidak mau melakukannya. Kemudian ia teringat pada seorang Syaikh sufi jago nasihat yang juga dikenal bisa mengobati banyak sekali penyakit.
Ia pun kemudian menemui sang syaikh, “Esok pagi ambillah penerbangan ke San Fransisco. Sesampainya di sana, naiklah taksi ke Hotel St. Francis, cari kamar 301, berbeloklah ke kiri dan kondisimu akan segera pulih”.
Karena percaya akan reputasi sang syaikh, ia mengikuti intruksinya. Sesampainya di Hotel St. Francis kamar 301, ia mendapati seorang laki-laki yang sedang terdengkur lelap di atas kasur.
Tiba-tiba si laki-laki kaya raya ini bersin, dan nasinya terlempar masuk ke dalam ekspresi laki-laki yang sedang tidur itu.
Yang tak lain ternyata laki-laki yang sedang tidur itu ternyata orang sebangsanya sendiri, Turki.
Ketika juragan itu kembali dan menceritakannya pada sang syaikh.
Sang syaikh kemudian menekankan, “Ingatlah, apapun yang diperuntukan bagimu akan menghampirimu.
Dan apapun yang diperuntukan bagi orang lain akan hingga juga pada mereka”.
Si laki-laki kaya tersebut sadar, bahwa beras terbaik yang dimakannya yang menyumbat tenggorokannya bukanlah untuknya.
Dan planning untuk menimbun beras segera diurungkannya, sementara sebagian beras yang ia kumpulkan di gudangnya ia bagikan kepada orang miskin di seluruh Istanbul.
Setelah menuturkan kisah ini, Syaikh Muzaffer Ozak dalam bukunya yang berjudul Cinta Bagai Anggur kemudiann berkata “Itu benar. Apapun yang diperuntukan bagimu, dan itu termasuk berkah material maupun spiritual, akan hingga juga padamu.
Meski demi hal ini, harus menempuh perjalanan panjang, atau bahkan harus melalui alasannya tanggapan yang panjang, ia tetap akan tiba padamu.
Jangan takut kehilangan, setiap yang tiba suatu waktu niscaya akan pergi dengan cara apapun itu, itu fakta yang tak bisa terbantahkan.
Lagi pula tidak ada yang benar-benar bisa dipertahankan, miliknya lah segala apa yang ada di bumi dan di langit.
Dia mencabut nyawa dari orang yang bernyawa, dan menghenmuskan nyawa kepada siapa pun yang tidak bernyawa.
Penulis : Santi Rizki Sumber https://www.kazeb.id/
Jauh sebelum kelahirannya, Allah telah mengatur tugas apa yang akan ia mainkan dikala lahir ke dunia, sejatinya hidup di dunia tidaklah benar-benar nyata.
Kita tidak bisa memaksakan kehendak kita, pun tidak bisa menghindari setiap yang Allah tadirkan untuk kita, setiap perjuangan untuk menghindari takdir justru malah akan mendekatkan kita kepada apa yang Allah berikan pada kita.
Sifatnya yang Maha Memaksa, berlaku untuk semua ciptaannya, bukan hanya untuk insan yang sangat kecil bagaikan debu yang berterbangan jikalau kita membayangkan posisi kita alam raya ini.
Alam semesta juga tunduk pada aturannya, matahari tidak bisa mendahului bulan, bulan pun tidak bisa mendahului matahari, semua berjalan dalam garis yang telah Allah menetapkan untuknya.
Ada seorang juragan beras di Istambul yang merencanakan akan memonopoli beras di pasaran selama setahun. Beras yang ia kumpulkan dari para petani, dipilih menurut jenisnya.
Sedangkan beras dengan varietas paling baik ditanam di atas yang paling baik dan disinari matahari serta menerima terusan pengairan yang optimal.
Sebagiannya lagi ia bawa untuk keperluan keluarganya. Saat makan malam tiba, ia makan nasi dari beras terbaik tersebut.
Namun, apa daya nasi yang sangat pulen tersebut malah menyumbat tenggorokannya. Ia mencoba menelannya atau memuntahkannya, kemudian memanggil dokter keluarganya, perjuangan itu tidak berhasil.
Sang dokter menyarakan untuk pergi ke dokter THT, semoga dilakukan tracheotomy, itu operasi yang gampang katanya. Hanya memotong tenggorokan kemudian mengeluarkan nasinya secara langsung.
Sang juragan terkejut akan gagasan tersebut, ia tidak mau melakukannya. Kemudian ia teringat pada seorang Syaikh sufi jago nasihat yang juga dikenal bisa mengobati banyak sekali penyakit.
Ia pun kemudian menemui sang syaikh, “Esok pagi ambillah penerbangan ke San Fransisco. Sesampainya di sana, naiklah taksi ke Hotel St. Francis, cari kamar 301, berbeloklah ke kiri dan kondisimu akan segera pulih”.
Karena percaya akan reputasi sang syaikh, ia mengikuti intruksinya. Sesampainya di Hotel St. Francis kamar 301, ia mendapati seorang laki-laki yang sedang terdengkur lelap di atas kasur.
Tiba-tiba si laki-laki kaya raya ini bersin, dan nasinya terlempar masuk ke dalam ekspresi laki-laki yang sedang tidur itu.
Yang tak lain ternyata laki-laki yang sedang tidur itu ternyata orang sebangsanya sendiri, Turki.
Ketika juragan itu kembali dan menceritakannya pada sang syaikh.
Sang syaikh kemudian menekankan, “Ingatlah, apapun yang diperuntukan bagimu akan menghampirimu.
Dan apapun yang diperuntukan bagi orang lain akan hingga juga pada mereka”.
Si laki-laki kaya tersebut sadar, bahwa beras terbaik yang dimakannya yang menyumbat tenggorokannya bukanlah untuknya.
Dan planning untuk menimbun beras segera diurungkannya, sementara sebagian beras yang ia kumpulkan di gudangnya ia bagikan kepada orang miskin di seluruh Istanbul.
Setelah menuturkan kisah ini, Syaikh Muzaffer Ozak dalam bukunya yang berjudul Cinta Bagai Anggur kemudiann berkata “Itu benar. Apapun yang diperuntukan bagimu, dan itu termasuk berkah material maupun spiritual, akan hingga juga padamu.
Meski demi hal ini, harus menempuh perjalanan panjang, atau bahkan harus melalui alasannya tanggapan yang panjang, ia tetap akan tiba padamu.
Jangan takut kehilangan, setiap yang tiba suatu waktu niscaya akan pergi dengan cara apapun itu, itu fakta yang tak bisa terbantahkan.
Lagi pula tidak ada yang benar-benar bisa dipertahankan, miliknya lah segala apa yang ada di bumi dan di langit.
Dia mencabut nyawa dari orang yang bernyawa, dan menghenmuskan nyawa kepada siapa pun yang tidak bernyawa.
Penulis : Santi Rizki Sumber https://www.kazeb.id/