Perkembangan Kesehatan Kemampuan Perilaku Dan Acara Remaja

- Penelitian ini memakai desain studi analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional. penelitian yaitu siswa SMA/SMK yang ada pada wilayah Puskesmas Buleleng yang berjumlah 346 orang. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik random sampling, Variabel penelitian diukur memakai kuesioner dan analisis kekerabatan antar variabel memakai analisis kekerabatan bivariate pearson.

Hasil penelitian pertanda bahwa terdapat kekerabatan yang positif dan signifikan antara variabel pengetahuan dengan sikap remaja Sekolah Menengan Atas (p=0.000; r=0,383), pengetahuan dengan acara remaja Sekolah Menengan Atas (P=0,000; r=0,284) dan sikap dengan acara remaja Sekolah Menengan Atas (p=0,000; r=0,269).

Dapat Disimpulkan Bahwa Remaja SMA

mempunyai pengetahuan yang baik akan diikuti dengan sikap yang baik, remaja Sekolah Menengan Atas yang mempunyai pengetahuan yang baik akan diikuti dengan acara yang positif dan remaja Sekolah Menengan Atas yang mempunyai sikap yang baik akan diikuti juga dengan acara yang positif Remaja yaitu suatu periode transisi dari masa awal belum dewasa sampai masa awal dewasa. Jumlah remaja di Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Di Indonesia berdasarkan Biro Pusat Statistik (2009) kelompok umur 10-19 tahun yaitu sekitar 22% dari jumlah penduduk, yang terdiri dari 50,9% remaja pria dan 49,1% remaja perempuan.

 Penelitian ini memakai desain studi analitik observasional dengan pendekatan cross Perkembangan Kesehatan Kemampuan Sikap Dan Aktivitas Remaja

Berdasarkan data Departemen Kesehatan
(Depkes) Republik Indonesia tahun 2006, remaja Indonesia berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau sekitar 20% dari jumlah penduduk. Ini sesuai dengan proporsi remaja di dunia, dimana jumlah remaja diperkirakan 1,2 miliar atau sekitar 1/5 dari jumlah penduduk dunia. (Agustini, 2013) Perkembangan yang sangat menonjol terjadi pada masa remaja yaitu pencapaian kemandirian serta identitas (pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga.

Remaja pada masa perkembangannya dihadapkan pada tuntutan yang sering bertentangan, baik dari orangtua, guru, teman sebaya, maupun masyarakat di sekitar. Sehingga mereka juga sering dihadapkan pada banyak sekali kesempatan dan pilihan, yang semuanya itu sanggup menimbulkan permasalahan bagi mereka.

Permasalahan tersebut salah satunya yaitu resiko-resiko kesehatan reproduksi. Resiko-resiko itu yaitu seks bebas, kehamilan yang tidak diinginkan (KTD), aborsi, penyakit menular seksual (PMS), HIV/AIDS, kekerasan seksual, serta problem keterbatasan terusan terhadap warta dan pelayanan kesehatan (Rizki, 2012, Lakmiwati, 2003 Salah satu permasalahan kesehatan remaja yang banyak disoroti dikala ini yaitu semakin meningkatnya angka insiden HIV/ AIDS pada remaja.

Di Bali, angka insiden HIV/AIDS tercatat sebanyak 1615 masalah dan 50% dari jumlah tersebut yaitu rentangan usia 19-25 tahun. Angka insiden HIV/AIDS di Kabupaten Buleleng pada tahun 2009 sudah menempati urutan kedua sesudah Kota Madya Denpasar, yaitu sebanyak 650 kasus. Sebaran umur insiden HIV/AIDS cukup mengejutkan sebab peningkatan banyak terjadi pada kelompok umur muda.

Peningkatan insiden HIV/AIDS sangat

terkait dengan meningkatnya insiden abses menular seksual (IMS). Kejadian IMS pada
kelompok usia muda, termasuk remaja meningkat lebih besar daripada kelompok usia dewasa. Data Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng menyebutkan bahwa pada tahun 2009, pada kelompok umur remaja, masalah IMS di Kabupaten Buleleng menduduki urutan keenam. Salah satu upaya pemerintah dalam menangani permasalahan remaja yaitu dengan pembentukan Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). Di Kabupaten Buleleng, acara PKPR gres mulai dilaksanakan pada tahun
2007 di Puskesmas Buleleng I.

 Penelitian ini memakai desain studi analitik observasional dengan pendekatan cross Perkembangan Kesehatan Kemampuan Sikap Dan Aktivitas Remaja

Berdasarkan wawancara dengan pemegang acara pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR) di Puskesmas Buleleng, pelaksanaan kegiatan PKPR dilakukan baik secara perorangan maupun berkelompok, melalui pemberian warta dan edukasi, pelayanan klinis, konseling, pendidikan ketrampilan hidup sehat, peer konselor, dan pelayanan rujukan.

Berdasarkan catatan kunjungan ke PKPR, ditemukan bahwa angka insiden IMS pada remaja menduduki urutan pertama, yaitu sekitar 50% dari total konseling yang dilakukan pada tahun 2009. Disebutkan bahwa maraknya masalah tersebut terjadi akhir pergaulan bebas yang terkait dengan kesehatan reproduksi pada remaja. Terdapat banyak sekali faktor yang kuat terhadap hal tersebut, antara lain faktor biologi, psikologis dan perkembangan kognitif,

acara seksual, moral dan pelayanan kesehatan khusus remaja (Endarto, 2006; Suryoputro,2006). Melihat kompleksnya permasalahan kesehatan reproduksi serta dampaknya dalam memilih kualitas hidup remaja, oleh sebab itu dirasakan mendesak untuk semakin ditingkatkannya perhatian pada kesehatan reproduksi remaja. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu diketahuinya tingkat pengetahuan dan sikap remaja, dalam hal ini siswa sekolah menengah atas (SMA) di kecamatan Buleleng wacana kesehatan reproduksi, serta hubungannya dengan acara remaja Sekolah Menengan Atas dalam menjaga kesehatan reproduksi.

Lawrence Green menyatakan bahwa sikap seseorang, dalam hal ini acara remaja dalam menjaga kesehatan reproduksi, dipengaruhi oleh faktor predisposisi  (pengetahuan dan sikap), faktor pendukung (pendidikan kesehatan reproduksi), dan faktor penguat (aktivitas petugas kesehatan dan tokoh).

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk

mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap remaja Sekolah Menengan Atas wacana kesehatan reproduksi serta
hubungannya dengan acara remaja Sekolah Menengan Atas dalam menjaga kesehatan reproduksi di kecamatan Buleleng. Dengan mengetahui hal tersebut akan memperlihatkan sumbangan pemikiran bagi pemerintah dan jajarannya untuk sanggup memperlihatkan pelayanan kesehatan reproduksi bagi remaja yang sesuai dengan kebutuhannya. Metode ini yaitu penelitian analitik observasional, dengan memakai pendekatan potong lintang (cross-sectional) yang akan memaparkan wacana pengetahuan remaja wacana kesehatan reproduksi, sikap remaja terhadap kesehatan reproduksi dan hubungannya
dengan acara remaja dalam menjaga kesehatan reproduksi di Kecamatan Buleleng.

Penelitian ini dilakukan pada remaja

Sekolah Menengan Atas di Kecamatan Buleleng dengan mengkhususkan pada Sekolah Menengah Atas yang berada di wilayah kerja Puskesmas Bueleleng I. Pemilihan kawasan ini didasarkan pada pertimbangan bahwa berdasarkan data Puskesmas Buleleng I, terjadi peningkatan angka insiden IMS  pada kelompok usia remaja. Populasi dalam penelitian ini yaitu semua siswa kelas X, XI, dan XII Sekolah Menengah Atas yang berada di wilayah kerja Puskesmas Buleleng I, yaitu sebanyak 3269 orang. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik random sampling, dengan perhitungan jumlah sampel memakai tabel Krejcie, yang mempunyai kepercayaan 95%.

 Penelitian ini memakai desain studi analitik observasional dengan pendekatan cross Perkembangan Kesehatan Kemampuan Sikap Dan Aktivitas Remaja

Besar sampel yang didapatkan dalam penelitian ini yaitu 346 siswa. Adapun rancangan penelitian yangdipergunakan dalam penelitian ini yaitu memakai pendekatan teori sikap dari Lawrence Green yang sudah dimodifikasi. Berdasarkan teori ini, sikap seseorang, dalam hal ini acara remaja dalam menjaga kesehatan reproduksi, dipengaruhi oleh faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor penguat.

Kriteria evaluasi pengetahuan:

  • Untuk pengetahuan akan diberikan skor 1untuk tanggapan yang benar dan 0 untuk tanggapan yang salah.
  • Persentase pengetahuan diperoleh dengan membandingkan total skor yang didapat dibagi dengan jumlah skor maksimal kemudian dikali 100%.

Pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi dikategorikan menjadi 3 yaitu:

  1. Pengetahuan baik, bila persentase pengetahuannya lebih dari 75%
  2. Pengetahuan cukup, bila persentase pengetahuannya antara 50-75%.
  3. Pengetahuan kurang, bila persentase pengetahuannya kurang dari 50%

Kriteria evaluasi sikap remaja mengenai kesehatan reproduksi:

  • Bersifat positif, diberikan skor untuk tanggapan oke 3, ragu-ragu 2, dan tidak oke 1.
  • Bersifat negatif, diberikan skor untuk tanggapan oke 1, ragu-ragu 2, dan tidak oke 3.
  • Persentase sikap diperoleh dengan membagi jumlah total skor yang diperoleh dengan
  • skor maksimal kemudian dikali 100%.

Sikap remaja mengenai kesehatan reproduksi dikategorikan menjadi 3 yaitu:

  1. Sikap remaja baik, bila total skornya lebih dari 75%.
  2. Sikap remaja cukup, bila total skornya 50– 75%.
  3. Sikap remaja kurang, bila persentase sikapnya kurang dari 50% 

Kriteria evaluasi aktivitas:

  • Untuk acara akan diberikan skor 1 untuk acara yang sempurna dan 0 untuk acara yang kurang tepat.
  • Persentase acara diperoleh dengan membagi jumlah total skor dengan skor maksimal kemudian dikalikan 100%.

Aktivitas remaja mengenai kesehatan reproduksi dikategorikan menjadi 2 yaitu:

  1. Aktivitas remaja baik, bila persentase aktivitasnya lebih atau sama dengan 75%
  2. Aktivitas remaja kurang, bila persentase aktivitasnya kurang dari 75%

Data mengenai pengetahuan, sikap dan acara remaja Sekolah Menengan Atas dalam kesehatan reproduksi dalam penelitian ini dikumpulkan dengan memakai kuesioner yang telah dipersiapkan. Dari hasil kumulatif tiap orang, selanjutnya dikategorikan ke dalam kategorikategori sesuai dengan definisi operasional, kemudian dicari frekuensi tiap kategori. Selanjutnya, dilakukan tabulasi silang untuk mencari kecenderungan (trend) dari masing-masing variabel. Analisis data untuk me
  • Untuk pengetahuan akan diberikan skor 1untuk tanggapan yang benar dan 0 untuk tanggapan yang salah.
  • Persentase pengetahuan diperoleh dengan membandingkan total skor yang didapat dibagi dengan jumlah skor maksimal kemudian dikali 100%.

Pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi dikategorikan menjadi 3 yaitu:

  1. Pengetahuan baik, bila persentase pengetahuannya lebih dari 75%
  2. Pengetahuan cukup, bila persentase pengetahuannya antara 50-75%.
  3. Pengetahuan kurang, bila persentase pengetahuannya kurang dari 50%

Kriteria evaluasi sikap remaja mengenai kesehatan reproduksi:

  • Bersifat positif, diberikan skor untuk tanggapan oke 3, ragu-ragu 2, dan tidak oke 1.
  • Bersifat negatif, diberikan skor untuk tanggapan oke 1, ragu-ragu 2, dan tidak oke 3.
  • Persentase sikap diperoleh dengan membagi jumlah total skor yang diperoleh dengan
  • skor maksimal kemudian dikali 100%.

Sikap remaja mengenai kesehatan reproduksi dikategorikan menjadi 3 yaitu:

  1. Sikap remaja baik, bila total skornya lebih dari 75%.
  2. Sikap remaja cukup, bila total skornya 50– 75%.
  3. Sikap remaja kurang, bila persentase sikapnya kurang dari 50% 

Kriteria evaluasi aktivitas:

  • Untuk acara akan diberikan skor 1 untuk acara yang sempurna dan 0 untuk acara yang kurang tepat.
  • Persentase acara diperoleh dengan membagi jumlah total skor dengan skor maksimal kemudian dikalikan 100%.

Aktivitas remaja mengenai kesehatan reproduksi dikategorikan menjadi 2 yaitu:

  1. Aktivitas remaja baik, bila persentase aktivitasnya lebih atau sama dengan 75%
  2. Aktivitas remaja kurang, bila persentase aktivitasnya kurang dari 75%

Data mengenai pengetahuan, sikap dan acara remaja Sekolah Menengan Atas dalam kesehatan reproduksi dalam penelitian ini dikumpulkan dengan memakai kuesioner yang telah dipersiapkan. Dari hasil kumulatif tiap orang, selanjutnya dikategorikan ke dalam kategorikategori sesuai dengan definisi operasional, kemudian dicari frekuensi tiap kategori. Selanjutnya, dilakukan tabulasi silang untuk mencari kecenderungan (trend) dari masing-masing variabel. Analisis data untuk mengetahui kekerabatan antar variabel memakai analisis kekerabatan bivariate pearson. Data yang terkumpul dianalisis dengan proteksi komputer dengan acara SPSS 16.
Sumber https://www.comontechz.com/

Related Post