Hadirkan Cinta, Saat Kau Menghadapi Orang Yang Mengalami Depresi

 Ketika Menghadapi Orang yang Mengalami Depresi Hadirkan Cinta, Ketika Kamu Menghadapi Orang yang Mengalami Depresi
Kazeb - Baru-baru ini terjadi masalah bunuh diri yang dilakukan oleh dua orang mahasiswa yang diduga alasannya depresi berkepanjangan. Pernahkah kau mengalami depresi? 

Tahukah kamu? 
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, ada lebih dari 100 juta orang penderita depresi di seluruh dunia, dan hanya kurang dari 25% saja yang mendapatkan pengobatan. 

Berdasarkan survei yang dilakukan WHO tahun 2012, diperkirakan per 40 detik satu orang meninggal alasannya depresi. Prediksinya pada tahun 2020 depresi akan menjadi informasi kesehatan terpenting di dunia sesudah penyakit jantung. 

Sebagian orang menganggap bahwa depresi bukanlah kasus serius alasannya bukan sakit fisik. Namun pikiran itu rasanya cukup keliru, “apa sih lebay banget, gitu doang galau!”. 

Berhati-hatilah, respon menyerupai itu selain pertanda sisi kepribadianmu yang kurang elok, juga hanya akan menciptakan mereka tertekan. 

Tidak sedikit orang yang menceritakan kegalauannya diakhiri dengan rencana atau harapan mengakhiri hidup dengan bunuh diri. 

Tidak ada yang menentukan untuk mengalami depresi, jadilah pendengar yang baik, rangkul kisah mereka dengan cinta, berikan mereka ketenangan. 

Bagaimana cara kita mengetahui seseorang yang sedang mengalami depresi? 
Menurut American Psychiatric Association, seseorang bisa dikatakan mempunyai gangguan depresi apabila mengalami lima atau lebih gelaja fisik atau psikologis selama dua ahad berturut-turut, menyerupai suasana hati yang jelek dan rasa kekurangan energi. 

Sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari; kehilangan minat terhadap segala hal, dibombardir dengan pikiran negatif yang terus menerus. 

Bagaimana sebaiknya menghadapi orang yang mengalami depresi?
Jika mereka ingin curhat, jadilah pendengar yang baik. Berikan mereka kesempatan untuk menceritakan masalahanya. 

Untuk sementara tidak perlu banyak bicara, cukup dengarkan keluh kesahnya dan pahami kondisinya hingga kita bisa menawarkan respon yang paling sempurna untuk keadaanya. 

Jika mereka tak bisa bercerita dikarenakan kesedihan demi kesedihan yang terus menumpuk sehingga air mata lebih sering mendahuluinya, maka berikanlah ketenangan—beri waktu mereka untuk menangis, untuk selanjutnya sarankanlah untuk menuliskan kesedihannya. 

Ingatkan mereka, bahwa tidak akan pernah jatuh kalau tidak pernah berjalan atau  berlari. Artinya kalau seburuk apa pun kondisi ketika ini, niscaya ada sesutau yang masih layak untuk mereka banggakan. 

Bahkan kegagalan pun merupakan sebuah prestasi, alasannya tidak akan ada keberhasilan kalau tidak ada kegagalan. 

Penulis; Santi Rizki
Sumber https://www.kazeb.id/